City Walk

Kamis, 04 November 2010

Solo Citywalk diresmikan pada 1 Oktober 2007 bebarengan dengan perayaan hari habitat sedunia 2007... Meskipun baru selesai satu ruas, tapi sudah terlihat keseriusan Joko Widodo sebagai walikota untuk benar-benar menata Solo...Memang akhir-akhir ini penataan kota Solo terlihat nyata, imbasnya banyak investor yang ngelirik kota kecil ini ...

City Walk merupakan salah satu ruang publik bebas bagi warga kota berada di pinggiran jalan Slamet Riyadi Solo..Sesuai dengan namanya City Walk diperuntukkan bagi pejalan kaki yang ingin menikmati pemandangan solo...City walk dapat digunakan sebagai tempat hiburan dan melepas stress dari berbagai aktivitas hidup...City walk memiliki peranan besar bagi manusia sebagai mahkluk sosial...Di jalan, masyarakat  dapat  untuk melihat manusia lain dalam berinteraksi...
Kita juga disediakan jaringan hotspot secara gratis tentunya...City walk Solo terletak di koridor sebelah kanan sepanjang jalan Slamet Riyadi... Mulai dari  Purwosari sampai  Benteng Vastenburg dan pasar Gede... Kawasan Slamet Riyadi adalah salah satu aset yang dibanggakan oleh masyarakat Solo...Kawasan tersebut merupakan suatu kawasan yang memiliki unsur budaya yang melekat pada jati diri kota Solo, karena banyak warisan bangunan yang bernilai sejarah. kawasan Loji Gandrung,  Sriwedari, Museum Radya Pustaka, Museum Batik Kuno Danarhadi, Kawasan Ngarsopuran Mangkunegaran, Kampung batik Kauman , Gladhag, Alun-Alun Utara, Masjid Agung Solo, kawasan keraton Kasunanan, benteng Vastenburg... Tidak hanya bangunan bersejarah. Area pertokoan dan pusat belanja juga banyak terdapat di Slamet Riyadi.Solo Grand Mall , Pusat Grosir Solo dll.


GALABO (Wisata Kuliner Solo)

Selasa, 02 November 2010

GALABO (Wisata Kuliner Solo)





Kota Solo / Surakarta sangat terkenal akan wisata kuliner, bahkan salah satu potensi wisata terbesar kota ini adalah wisata kuliner. Tempat yang menjadi tujuan kuliner antara lain adalah tengkleng pasar klewer, susu shijack, nasi liwet, bubur lemu, wedang dongo, bestik lidah, gudek ceker Bu Kasno dan sate sapi “Yu Rebi” . Sebuah terobosan baru yang dilakukan pemerintah kota Solo adalah menggabungkan semua obyek wisata kuliner tersebut di dalam satu kawasan di daerah Gladak, Solo.Galabo merupakan singkatan dari Gladag Langen Bogan. Galabo diresmikan pada hari MInggu 13 April 2008, sebagai salah satu tempat wisata kuliner malam hari di kota Solo. Lokasi ini berada di sebelah timur bundaran Gladag, tepatnya di jalan Mayor Sunaryo di depan Pusat Grosir Solo dan Beteng Trade Center. Pada siang hari, tempat ini merupakan jalan umum dan pada malam hari disulap menjadi tempat makan yang menjual segala macam makanan khas kota Solo.

        Disini Kita dapat memesan beraneka macam jenis makanan. ad yang khas solo ad juga yang dari luar solo... semua tersedia disini..dan yang pasti dengan harga yang terjangkau...GALABO merupakan salah satu pilihan tujuan wisata keluarga jga tempat nongkrong bersama temen




Sejarah Kota Solo

Sejarah Kota Surakarta bermula ketika Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B. Van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan Mataram Islam yang baru. Mempertimbangan faktor fisik dan non fisik, akhirnya terpilih suatu desa di tepi Sungai Bengawan yang bernama desa Sala (1746 M atau 1671 Jawa). Sejak saat itu desa Sala berubah menjadi Surakarta Hadiningrat dan terus berkembang pesat.

Adanya Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755 menyebabkan Mataram Islam terpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta dan terpecah lagi dalam perjanjian Salatiga 1767 menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.

DARI fakta sejarah kota Surakarta perkembangan Surakarta pada jaman dahulu sangat dipengaruhi oleh keberadaan pusat pemerintahan Kasunanan dan Mangkunegaran, Benteng Vastenburg sebagai pusat pengawasan kolonial belanda terhadap Surakarta serta Pasar Gedhe Hardjonagoro (Thomas Kaarsten) sebagai pusat perekonomian kota.

Apabila dihubungkan akan membentuk kawasan budaya dengan Kraton Kasunanan sebagai intinya. Perkembangan kota selanjutnya berlangsung disekitar kawasan budaya ini.

 Kota solo adalah salah kota yang mempunyai 2(dua) nama Solo dan Surakarta....Sejarah kelahiran Kota Surakarta (Solo) dimulai pada masa pemerintahan Raja Paku Buwono II di Kraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi pemberontakan Masa Gerendi (Sunan Kuning) dibantu kerabat-kerabat Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono I yang mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah satu pendukung pemberontakan itu adalah Pangeran Sambernyowo (RM Said) yang merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh Keraton Kartosuro kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Paku Buwono mengungsi ke daerah Jawa Timur (Pacitan dan Ponorogo).

Dengan bantuan pasukan Kumpeni dibawah pimpinan Mayor Baron van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo pemberontakan berhasil dipadamkan. Setlah itu Keratn Kartosuro dihancurkan Paku Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung Wijil untuk mencari lokasi ibu kota Kerajaan yang baru.

Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan supranatural, Paku Buwono II memilih desa Sala – sebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo-sebagai daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru. Sejak saat itulah, desa Sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat.

Melihat perjalanan sejarah tersebut, nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta (Solo) pada masa dahulu sangat dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton (Kasunanan dan Mangkunegaran), juga oleh kolonialisme Belanda (Benteng Verstenberg). Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi melalui Pasar Gede (Hardjonagoro).